G7 Janji Sumbang 1 Miliar Dosis Vaksin Covid

G7 Janji Sumbang 1 Miliar Dosis Vaksin Covid

G7 Janji Sumbang 1 Miliar Dosis Vaksin Covid – Seperti berita yang sedang beredar bahwa G7 dan negara-negara lainnya berjanji untuk menyumbang 1 miliar dosis vaksin covid untuk negara miskin. “Komitmen sejak terakhir kali kami bertemu pada Februari 2021 termasuk di sini di Teluk Carbis menyediakan 1 miliar dosis selama tahun depan. Kami akan bekerja sama dengan sektor swasta, G20, dan negara-negara lain untuk meningkatkan kontribusi ini selama beberapa bulan mendatang,” kata G7 dalam draf komunike yang diharapkan bakal segera dirilis, Ahad.

“Sebagai hasil dari keberhasilan program vaksin Inggris, kami sekarang berada dalam posisi untuk membagikan sebagian dari kelebihan dosis kami dengan mereka yang membutuhkannya,” kata Johnson pada Jumat.

1. Dibutuhkan lebih banyak vaksin untuk menyuntik populasi global

Oxfam, LSM yang fokus melawan ketimpangan dan kemiskinan, mengkritik jumlah vaksin yang hendak disumbangkan oleh negara-negara kaya. Pasalnya, hampir empat miliar orang di seluruh dunia bergantung dengan vaksin yang didistribusikan oleh COVAX.

Dengan populasi global mendekati delapan miliar dan syarat dua suntikan vaksin, maka peran negara kaya tidak boleh berhenti setelah menyumbangkan satu miliar dosis.

“KTT ini sama saja gagal jika para pemimpin G7 hanya dapat mengelola satu miliar dosis vaksin,” kata manajer kebijakan kesehatan Oxfam, Anna Marriott.

Anna menambahkan, dunia akan membutuhkan 11 miliar dosis vaksin untuk mengakhiri pandemik COVID-19.

2. G7 harus dukung penghapusan kekayaan intelektual atas vaksin

Oxfam juga meminta para pemimpin G7 untuk mendukung pengabaian kekayaan intelektual di balik vaksin COVID-19. Penghapusan hak cipta akan menambah stok vaksin secara signifikan.

“Kehidupan jutaan orang di negara berkembang tidak boleh bergantung pada niat baik negara kaya dan perusahaan farmasi yang haus keuntungan,” kata Anna.

“Tujuan G-7 untuk memberikan satu miliar dosis harus dilihat sebagai minimum absolut, dan kerangka waktu perlu dipercepat,” tambah Lis Wallace dari kelompok kampanye anti-kemiskinan ONE.

“Kami sedang berlomba dengan virus ini. Semakin lama, semakin besar risiko varian baru yang lebih berbahaya yang merusak kemajuan global,” sambungnya.

Baca Juga : Pengadaan Vaksin Covid untuk Negara Miskin

3. Inggris minta AS ajak negara kaya sumbangkan vaksin

Inggris, sebagai salah satu negara produsen vaksin, telah mengimunisasi hampir 77 persen populasi orang dewasa. Sementara, AS telah mencapai angka 64 persen.

Para pemimpin G7, termasuk Biden dan Johnson, menyadari bila pandemik COVID-19 akan berakhir jika seluruh negara telah melaksanakan program vaksinasi.

“Dengan melakukan itu, kami akan mengambil langkah besar untuk mengalahkan pandemik ini untuk selamanya,” kata Johnson, merujuk pada rencana menyumbangkan satu miliar dosis vaksin.

COVID-19 telah menewaskan sekitar 3,9 juta orang dan mengoyak ekonomi global. Virus yang pertama kali terdeteksi di Wuhan, Tiongkok, pada 2019 ini telah menginfeksi masyarakat di lebih dari 210 negara.

Dari 100 juta suntikan vaksin yang hendak disumbangkan, 80 juta akan diberikan kepada COVAX. Sedangkan, sisanya akan dibagikan secara bilateral untuk negara-negara yang membutuhkan.

Johsnon pun meminta Biden agar mengajak rekan-rekan pemimpin negara kaya untuk menyumbangkan vaksin COVID-19 ke negara miskin.…

Pengadaan Vaksin Covid untuk Negara Miskin

Pengadaan Vaksin Covid untuk Negara Miskin

Pengadaan Vaksin Covid untuk Negara Miskin – Didunia ini masih terdapat beberapa negara miskin. Sayangnya beberapa negara miskin kekurangan vaksinasi covid yang sangat berguna untuk kesehatannya.

1. Mekanisme didanai Bank Dunia dan bank pembangunan lainnya

Laporan menyebut bahwa COVAX akan melakukan pembelian tambahan dari produsen vaksin berdasarkan permintaan agregat di seluruh negara anggotanya. Di mana pembeliannya akan menggunakan uang dari Bank Dunia dan bank pembangunan lainnya.

Di bawah pengaturan pembiayaan Bank Dunia tersebut, akan ada hingga 430 juta dosis tambahan atau dosis yang cukup untuk memvaksinasi penuh 250 juta orang. Vaksin itu akan tersedia untuk pengiriman antara akhir 2021 sampai pertengahan 2022, dan akan didistribusikan ke 92 negara miskin yang telah mendapatkan vaksin yang ditanggung oleh donor.

Negara-negara itu juga akan memiliki fleksibilitas dalam memilih untuk membeli vaksin tertentu yang sesuai dengan preferensi mereka.

2. Penyebaran vaksin tidak merata

Kepala eksekutif aliansi vaksin Gavi, Seth Berkley, dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa pembiayaan Bank Dunia tidak hanya akan memungkinkan COVAX untuk memperoleh dosis tambahan untuk negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, tapi juga mempercepat pengendalian COVID-19 di seluruh dunia.

“Ketika kami bergerak melampaui target awal dan bekerja untuk mendukung upaya negara-negara untuk melindungi sebagian besar populasi mereka, pembiayaan Bank Dunia akan membantu kami maju lebih jauh menuju tujuan kami untuk mengendalikan COVID-19,” jelasnya. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengkritik ketidakseimbangan yang mencengangkan dalam distribusi global dosis vaksin COVID-19. Hampir 3,9 miliar dosis vaksin COVID-19 telah disuntikkan di seluruh dunia di setidaknya 216 wilayah, menurut perhitungan AFP.

Di negara-negara berpenghasilan tinggi, seperti yang didefinisikan oleh Bank Dunia, 95,4 dosis telah diberikan per 100 penduduk. Sementara di 29 negara berpenghasilan terendah, baru ada 1,5 dosis vaksin yang diberikan per 100 orang.

Baca Juga :Faktor Penyebab Terjadinya Kemiskinan

3. Pernyataan Bank Dunia

COVAX adalah aliansi yang didirikan untuk memastikan 92 negara berkembang dapat mengakses vaksin virus corona untuk memerangi pandemik, dengan biaya ditanggung oleh donor.

COVAX dipimpin bersama oleh WHO, aliansi vaksin Gavi dan Koalisi untuk Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi (CEPI).

COVAX sejauh ini telah mengirimkan lebih dari 138 juta dosis vaksin ke 136 wilayah yang berpartisipasi. Angka ini masih jauh dari jumlah yang diharapkan.

“Mengakses vaksin tetap menjadi satu-satunya tantangan terbesar yang dihadapi negara-negara berkembang,” kata presiden Bank Dunia David Malpass.

“Mekanisme ini akan memungkinkan pasokan baru dan memungkinkan negara-negara untuk mempercepat pembelian vaksin. Ini juga akan memberikan transparansi tentang ketersediaan vaksin, harga, dan jadwal pengiriman.”

Bank Dunia mengatakan pihaknya menyediakan dana 20 miliar dolar AS untuk negara-negara berkembang untuk membantu membeli dan mendistribusikan vaksin. Di mana telah mendukung upaya di 53 negara sejauh ini.

Bank juga mengatakan sudah ada banyak negara yang telah mengindikasikan bahwa mereka ingin membeli vaksin tambahan melalui COVAX.…