NEGARA TERMISKIN DI ASIA PERINGKAT PERTAMA

NEGARA TERMISKIN DI ASIA PERINGKAT PERTAMA

NEGARA TERMISKIN DI ASIA PERINGKAT PERTAMA –  Asia adalah benua terbesar di dunia, menurut mayoritas kota afganistan ada di peringkat pertama negara paling termiskin di dunia ini.

Negara-negara tersebut memiliki tingkat ekonomi berbeda. Ada beberapa aspek dalam mengukur kemampuan ekonomi suatu negara, terutama menggunakan jumlah pendapatan per kapita. Pendapatan per kapita adalah pendapatan rata-rata penduduk suatu negara. Merujuk buku Ekonomi, variabel yang digunakan untuk menghitung pendapatan per kapita adalah Produk Domestik Bruto (PDB) dan jumlah penduduk.

Pendapatan per kapita digunakan untuk mengukur tingkat kemakmuran suatu negara dan dihitung secara berkala setiap tahunnya. PDB per kapita yang tinggi menunjukkan standar hidup yang tinggi. Sedangkan rendahnya PDB per kapita menunjukkan negara sedang berjuang untuk memasok penduduknya dengan berbagai kebutuhan.

Negara dengan PDB per kapita yang rendah dibandingkan negara lain termasuk dalam negara miskin. Menurut PBB, kemiskinan lebih dari sekadar kurangnya pendapatan. Kemiskinan memiliki berbagai dimensi sosial ekonomi yang berbeda. Beberapa indikator kemiskinan meliputi:

Kemampuan untuk mengakses layanan dan perlindungan sosial dan untuk mengekspresikan pendapat dan pilihan. Kemampuan bernegosiasi. Status sosial, pekerjaan, dan kesempatan yang layak.

-Negara Termiskin di Asia

Dilansir dari data Bank Dunia, Afganistan adalah negara termiskin di Asia berdasarkan jumlah pendapatan per kapita pada 2020. Daftar negara termiskin di Asia serta pendapatan per kapita adalah sebagai berikut.

Afganistan (US$ 508,80).

Korea Utara (estimasi US$ 642).

Yaman (US$ 824,12).

Tajikistan (US$ 859,13).

Suriah (estimasi US$ 870).

Nepal (US$ 1155,14).

Kirgistan (US$ 1173,61).

Pakistan (US$ 1193,73).

Timor-Leste (US$ 1381,17).

Myanmar (US$ 1.400,21).

Profil Negara Termiskin di Asia

Selengkapnya, berikut profil negara-negara termiskin di Asia berdasarkan berdasarkan jumlah pendapatan per kapita tahun 2020.

BACA JUGA : Inilah Tips Belanja Online yang Aman dan Tepat

Afganistan

Afghanistan adalah negara multietnis dengan ibu kota Kabul yang terletak di bagian selatan-tengah Asia. Negara ini berbatasan dengan Iran di barat dan Pakistan di timur. Melansir data National Geographic, luas negara Afganistan mencapai 652.230 kilometer persegi. Afghanistan memiliki sejarah panjang yang didominasi oleh konflik internal antar faksi. Pada pertengahan Agustus 2021, Taliban mengambil alih kota-kota besar di Afghanistan dan menguasai pemerintahan.

Misi Bantuan Perserikatan-Bangsa di Afganistan (The United Nations Assistance Mission in Afghanistan) melaporkan 1.659 warga sipil tewas dan 3.524 lainnya terluka dalam enam bulan pertama tahun 2021. Jumlah ini meningkat 47 % dari tahun sebelumnya. Menurut Bank Dunia, sebagian besar penduduk Afganistan diperkirakan akan berada di bawah garis kemiskinan. Diperkirakan, 10 juta warga Afghanistan terancam hidup dengan pendapatan sebesar US$ 0,94 per hari.…

G7 Janji Sumbang 1 Miliar Dosis Vaksin Covid

G7 Janji Sumbang 1 Miliar Dosis Vaksin Covid

G7 Janji Sumbang 1 Miliar Dosis Vaksin Covid – Seperti berita yang sedang beredar bahwa G7 dan negara-negara lainnya berjanji untuk menyumbang 1 miliar dosis vaksin covid untuk negara miskin. “Komitmen sejak terakhir kali kami bertemu pada Februari 2021 termasuk di sini di Teluk Carbis menyediakan 1 miliar dosis selama tahun depan. Kami akan bekerja sama dengan sektor swasta, G20, dan negara-negara lain untuk meningkatkan kontribusi ini selama beberapa bulan mendatang,” kata G7 dalam draf komunike yang diharapkan bakal segera dirilis, Ahad.

“Sebagai hasil dari keberhasilan program vaksin Inggris, kami sekarang berada dalam posisi untuk membagikan sebagian dari kelebihan dosis kami dengan mereka yang membutuhkannya,” kata Johnson pada Jumat.

1. Dibutuhkan lebih banyak vaksin untuk menyuntik populasi global

Oxfam, LSM yang fokus melawan ketimpangan dan kemiskinan, mengkritik jumlah vaksin yang hendak disumbangkan oleh negara-negara kaya. Pasalnya, hampir empat miliar orang di seluruh dunia bergantung dengan vaksin yang didistribusikan oleh COVAX.

Dengan populasi global mendekati delapan miliar dan syarat dua suntikan vaksin, maka peran negara kaya tidak boleh berhenti setelah menyumbangkan satu miliar dosis.

“KTT ini sama saja gagal jika para pemimpin G7 hanya dapat mengelola satu miliar dosis vaksin,” kata manajer kebijakan kesehatan Oxfam, Anna Marriott.

Anna menambahkan, dunia akan membutuhkan 11 miliar dosis vaksin untuk mengakhiri pandemik COVID-19.

2. G7 harus dukung penghapusan kekayaan intelektual atas vaksin

Oxfam juga meminta para pemimpin G7 untuk mendukung pengabaian kekayaan intelektual di balik vaksin COVID-19. Penghapusan hak cipta akan menambah stok vaksin secara signifikan.

“Kehidupan jutaan orang di negara berkembang tidak boleh bergantung pada niat baik negara kaya dan perusahaan farmasi yang haus keuntungan,” kata Anna.

“Tujuan G-7 untuk memberikan satu miliar dosis harus dilihat sebagai minimum absolut, dan kerangka waktu perlu dipercepat,” tambah Lis Wallace dari kelompok kampanye anti-kemiskinan ONE.

“Kami sedang berlomba dengan virus ini. Semakin lama, semakin besar risiko varian baru yang lebih berbahaya yang merusak kemajuan global,” sambungnya.

Baca Juga : Pengadaan Vaksin Covid untuk Negara Miskin

3. Inggris minta AS ajak negara kaya sumbangkan vaksin

Inggris, sebagai salah satu negara produsen vaksin, telah mengimunisasi hampir 77 persen populasi orang dewasa. Sementara, AS telah mencapai angka 64 persen.

Para pemimpin G7, termasuk Biden dan Johnson, menyadari bila pandemik COVID-19 akan berakhir jika seluruh negara telah melaksanakan program vaksinasi.

“Dengan melakukan itu, kami akan mengambil langkah besar untuk mengalahkan pandemik ini untuk selamanya,” kata Johnson, merujuk pada rencana menyumbangkan satu miliar dosis vaksin.

COVID-19 telah menewaskan sekitar 3,9 juta orang dan mengoyak ekonomi global. Virus yang pertama kali terdeteksi di Wuhan, Tiongkok, pada 2019 ini telah menginfeksi masyarakat di lebih dari 210 negara.

Dari 100 juta suntikan vaksin yang hendak disumbangkan, 80 juta akan diberikan kepada COVAX. Sedangkan, sisanya akan dibagikan secara bilateral untuk negara-negara yang membutuhkan.

Johsnon pun meminta Biden agar mengajak rekan-rekan pemimpin negara kaya untuk menyumbangkan vaksin COVID-19 ke negara miskin.…

Pengadaan Vaksin Covid untuk Negara Miskin

Pengadaan Vaksin Covid untuk Negara Miskin

Pengadaan Vaksin Covid untuk Negara Miskin – Didunia ini masih terdapat beberapa negara miskin. Sayangnya beberapa negara miskin kekurangan vaksinasi covid yang sangat berguna untuk kesehatannya.

1. Mekanisme didanai Bank Dunia dan bank pembangunan lainnya

Laporan menyebut bahwa COVAX akan melakukan pembelian tambahan dari produsen vaksin berdasarkan permintaan agregat di seluruh negara anggotanya. Di mana pembeliannya akan menggunakan uang dari Bank Dunia dan bank pembangunan lainnya.

Di bawah pengaturan pembiayaan Bank Dunia tersebut, akan ada hingga 430 juta dosis tambahan atau dosis yang cukup untuk memvaksinasi penuh 250 juta orang. Vaksin itu akan tersedia untuk pengiriman antara akhir 2021 sampai pertengahan 2022, dan akan didistribusikan ke 92 negara miskin yang telah mendapatkan vaksin yang ditanggung oleh donor.

Negara-negara itu juga akan memiliki fleksibilitas dalam memilih untuk membeli vaksin tertentu yang sesuai dengan preferensi mereka.

2. Penyebaran vaksin tidak merata

Kepala eksekutif aliansi vaksin Gavi, Seth Berkley, dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa pembiayaan Bank Dunia tidak hanya akan memungkinkan COVAX untuk memperoleh dosis tambahan untuk negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, tapi juga mempercepat pengendalian COVID-19 di seluruh dunia.

“Ketika kami bergerak melampaui target awal dan bekerja untuk mendukung upaya negara-negara untuk melindungi sebagian besar populasi mereka, pembiayaan Bank Dunia akan membantu kami maju lebih jauh menuju tujuan kami untuk mengendalikan COVID-19,” jelasnya. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengkritik ketidakseimbangan yang mencengangkan dalam distribusi global dosis vaksin COVID-19. Hampir 3,9 miliar dosis vaksin COVID-19 telah disuntikkan di seluruh dunia di setidaknya 216 wilayah, menurut perhitungan AFP.

Di negara-negara berpenghasilan tinggi, seperti yang didefinisikan oleh Bank Dunia, 95,4 dosis telah diberikan per 100 penduduk. Sementara di 29 negara berpenghasilan terendah, baru ada 1,5 dosis vaksin yang diberikan per 100 orang.

Baca Juga :Faktor Penyebab Terjadinya Kemiskinan

3. Pernyataan Bank Dunia

COVAX adalah aliansi yang didirikan untuk memastikan 92 negara berkembang dapat mengakses vaksin virus corona untuk memerangi pandemik, dengan biaya ditanggung oleh donor.

COVAX dipimpin bersama oleh WHO, aliansi vaksin Gavi dan Koalisi untuk Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi (CEPI).

COVAX sejauh ini telah mengirimkan lebih dari 138 juta dosis vaksin ke 136 wilayah yang berpartisipasi. Angka ini masih jauh dari jumlah yang diharapkan.

“Mengakses vaksin tetap menjadi satu-satunya tantangan terbesar yang dihadapi negara-negara berkembang,” kata presiden Bank Dunia David Malpass.

“Mekanisme ini akan memungkinkan pasokan baru dan memungkinkan negara-negara untuk mempercepat pembelian vaksin. Ini juga akan memberikan transparansi tentang ketersediaan vaksin, harga, dan jadwal pengiriman.”

Bank Dunia mengatakan pihaknya menyediakan dana 20 miliar dolar AS untuk negara-negara berkembang untuk membantu membeli dan mendistribusikan vaksin. Di mana telah mendukung upaya di 53 negara sejauh ini.

Bank juga mengatakan sudah ada banyak negara yang telah mengindikasikan bahwa mereka ingin membeli vaksin tambahan melalui COVAX.…

Faktor Penyebab Terjadinya Kemiskinan

1

Faktor Penyebab Terjadinya Kemiskinan – Didunia ini ada definisi orang kaya dan orang miskin. Semua orang pasti mau menjadi kaya. Namun terkadang beberapa faktor dapat menyebabkan terjadinya sebuah kemiskinan di dalam suatu negara. Berikut adalah faktor penyebab kemiskinan yang harus kamuy ketahui

Faktor Penyebab Kemiskinan

Setelah kita mengetahui secara jelas definisi dari kemiskinan tersebut, selanjutnya wajib kita ketahui adalah faktor yang menyebabkan kemiskinan tersebut. Secara umum, faktor-faktor yang menyebabkan kemiskinan dapat dikelompokkan menjadi 5 faktor yaitu antara lain :

1. Tingkat Pendidikan yang Masih Rendah
Faktor penyebab kemiskinan yang pertama adalah tingkat pendidikan yang tergolong masih rendah. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, pendidikan merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi setiap orang. Bila seseorang tidak memenuhi kebutuhan pokoknya, tersebut tidak dapat dipenuhi oleh orang tersebut, dapat disimpulkan bahwa itulah penyebab kemiskinan.

Dalam konteks ini penyebab kemiskinan adalah kebutuhan pokok yang merupakan pendidikan. Tingkat pendidikan yang rendah mengakibatkan seseorang cenderung kurang memiliki keterampilan, wawasan, dan pengetahuan yang memadai untuk kehidupannya.

Sedangkan untuk dunia kerja maupun dunia usaha, pendidikan adalah modal untuk bersaing dalam mendapatkan kesejahteraan nantinya. Oleh karena itulah, terjadi banyak pengangguran dan penyebab kemiskinan disebabkan oleh tingkat pendidikan yang rendah ini.

2. Masih Terbatasnya Lapangan Pekerjaan
Faktor penyebab kemiskinan yang kedua adalah keterbatasan lapangan pekerjaan. Dengan terbatasnya lapangan kerja, masyarakat tidak dapat memenuhi kebutuhannya, karena dengan bekerjalah seseorang mendapatkan upah yang nantinya digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokoknya tersebut.

Keterbatasan lapangan pekerjaan akan membawa konsekuensi penyebab kemiskinan pada masyarakat. Bisa saja seseorang menciptakan lapangan kerja baru, tetapi kemungkinannya akan sangat kecil untuk masyarakat miskin karena keterbatasan keterampilan maupun modal.

Banyaknya pengangguran di suatu negara bisa juga menjadi patokan kemiskinan di suatu negara. Semakin besar jumlah pengangguran maka semakin bertambah pula penyebab kemiskinan di negara tersebut. Hal ini juga bisa disebabkan oleh ketidakstabilan ekonomi dan ketidakpastian arah politik dan kebijakan negara tersebut.

3. Malas Bekerja
Faktor penyebab kemiskinan yang berikutnya adalah malas bekerja. Hal ini yang paling sering menjangkiti seseorang yang tak ingin maju dan beranggapan bahwa kemiskinan itu adalah takdir.

Baca Juga :Langkah Untuk Membuat Negara Berkembang jadi Maju

Hal-hal tersebut membuat seseorang tidak bergairah dan bersikap acuh tak acuh untuk bekerja, dan mengantarkan mereka kepada kemiskinan dan membuat kesejahteraannya menghilang.

4. Beban Hidup Keluarga
Faktor penyebab kemiskinan yang berikutnya adalah adanya beban hidup keluarga. Hal ini juga merupakan hal yang cukup signifikan. Ketika seseorang memiliki anggota keluarga yang banyak untuk dihidupi, beban hidupnya tentu saja kan bertambah pula.

Dengan begitu seseorang diharuskan untuk meningkatkan pendapatannya sesuai dengan berapa jumlah anggota yang harus dihidupinya.

5. Keterbatasan Sumber Daya ( Alam Maupun Modal)
Suatu masyarakat bisanya akan dilanda kemiskinan salah satunya karena keterbatasan sumber daya alam ataupun sumber modal. Hal ini terjadi karena alam sekitar yang memang tidak lagi memberikan keuntungan.

Ketika sumber daya alam miskin atau tidak dapat diolah lagi, itulah salah satu penyebab kemiskinan. Terkadang hal tersebut terjadi memang bukan karena kehendak masing masing orang

Bisa saja hal tersebut terjadi karena bencana alam yang melanda suatu daerah. Bencana alam akan menyebabkan semua potensi alam, infrastruktur maupun kondisi psikologis orang orang yang terdampak mengalami kerusakan.

Kadang memang hal tersebut akan dapat diatasi dan kadang bahkan tidak ada yang bisa berbuat apa apa. Untuk mengatasi kerusakan kerusakan tersebut biasanya juga dibutuhkan waktu yang sangat lama. Selain itu, dari bencana alam, banyak orang orang yang kehilangan harta bendanya, sehingga langsung jatuh miskin setelah itu.

Selain itu, keterbatasan modal juga menghambat perkembangan seseorang. Apalagi untuk orang yang memiliki tingkat pendidikan rendah, tidak hanya modal material, orang tersebut juga akan memiliki keterbatasan modal keterampilan atau pengetahuan. Hal ini tentunya menjadi penyebab kemiskinan yang juga cukup serius.…

Inilah 10 Negara Termiskin Di Asia Dan Penyebabnya

negara termiskin

Inilah 10 Negara Termiskin Di Asia Dan Penyebabnya – Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah negara Asia memiliki pertumbuhan ekonomi yang sangat baik. Meski begitu, sejumlah negara termiskin di Asia masih harus berjuang menyejahterakan sebagian warganya agar lepas dari jurang kemiskinan.

Negara-negara di Asia, semisal Jepang, Korea Selatan, China, Singapura, dan Uni Emirat Arab, menjadi perbincangan dunia karena pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Meski begitu, masih banyak negara di Asia yang tingkat pertumbuhan ekonominya jauh di bawah negara-negara maju tersebut.

Bahkan, beberapa negara tetangga Indonesia pun masih masuk dalam kategori negara miskin. Kemiskinan negara tersebut bisa disebabkan banyak hal, baik dari segi sosial, ekonomi, dan politik. Salah satu indikator kemiskinan sebuah negara dapat dilihat dari tingkat pendapatan per kapitanya.

Lalu, apakah Indonesia sendiri termasuk dalam daftar negara termiskin di Asia? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, yuk kita cek indikator kemiskinan dan daftar negara termiskin di Asia di bawah ini!

Indikator Kemiskinan Sebuah Negara

Sebuah negara tentu tidak begitu saja masuk dalam kategori negara miskin.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi sehingga sebuah negara masuk dalam kategori negara termiskin di Asia. Nah, berikut adalah sejumlah indikator yang dapat kita lihat untuk melihat miskin atau tidaknya sebuah negara.

1. Keterbatasan Sumber Daya Alam

Sebuah negara dapat dikatakan miskin ketika sejumlah daerahnya kekurangan sumber daya alam. Jika tidak ada sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan, tentu jumlah komoditas yang bisa diperdagangkan lebih sedikit.

Jadi, bisa dikatakan bahwa sumber daya alam dapat menjadi modal untuk sebuah negara mendapat pendapatan dari perdagangan internasional. Sumber daya alam itu bisa langsung diekspor atau dikelola terlebih dulu sampai menjadi sebuah produk bernilai tinggi untuk kemudian dijual dengan harga lebih tinggi.

2. Penduduk Miskin Mudah Ditemui di Kota

Salah satu tanda yang terlihat di sebuah negara miskin adalah banyaknya pengemis yang berkeliaran. Para pengemis tersebut terpaksa mengemis karena tidak memiliki keahlian dalam bekerja atau tidak adanya lapangan pekerjaan yang sesuai.

Sebenarnya di negara maju seperti Amerika Serikat pun, kita dapat menemui pengemis. Bedanya, di negara-negara miskin, jumlah pengemis menjamur dan sangat mudah ditemui.

3. Kurangnya Lapangan Kerja

Ketika seseorang tidak bekerja, tentu dia tidak akan menghasilkan uang untuk menghidupi dirinya dan keluarga. Inilah yang membuat seseorang dan keluarganya menjadi miskin. Lalu, kenapa seseorang bisa menganggur?

Salah satu faktornya adalah kurangnya lapangan pekerjaan. Kurangnya lapangan pekerjaan juga bisa disebabkan berbagai faktor, di antaranya minat masyarakat untuk berusaha rendah sehingga tidak bisa membuka lapangan pekerjaan, beberapa industri di negara tersebut tidak berkembang, dan lain-lain.

4. Tingkat Pendidikan yang Rendah

Salah satu cara memutus garis kemiskinan adalah dengan pendidikan. Ketika seseorang telah berpendidikan tinggi, mereka bisa mendapat pekerjaan yang lebih baik daripada saudara dan orang tuanya.

Ketika telah memiliki penghasilan yang lebih baik, orang yang tadinya miski bisa mengangkat derajat keluarganya dan keluar dari garis kemiskinan. Maka dari itu, ketika dalam sebuah keluarga secara turun-menurun tidak ada anggota keluarga yang memiliki pendidikan tinggi, maka keluarganya akan sulit keluar dari garis kemiskinan.

5. Industri Kurang Berkembang

Faktor lainnya beberapa negara masuk dalam kategori negara termiski di Asia adalah kurang berkembangnya beberapa sektor industri.

Tidak berkembangnya sejumlah sektor industri di sebuah negara bisa disebabkan beberapa faktor, di antaranya:

  • Tidak adanya kebijakan yang mendukung pertumbuhan industri
  • Kurangnya tenaga kerja
  • Sumber daya alam tidak mendukung
  • Iklim politik yang tidak kondusif dan lain-lain.

Minimnya industri yang berkembang akan merembet pada minimnya investasi yang datang pada ke sebuah negara.

6. Teknologi Tertinggal

Selain ekonomi, negara miskin juga biasanya tertinggal dari segi teknologi. Hal ini membuat warga negara-negara miskin tertinggal informasi dan pengetahuan terbaru.

7. Komoditi Ekspor Barang Mentah

Kurang majunya industri pengolahan barang mentah, membuat negara-negara miskin terbiasa mengekspor beragam komoditi barang mentah.

Beberapa komoditi yang diekspor tersebut, di antaranya adalah hasil tambang, pertanian, dan hasil hutan.

8. Birokrasi Pemerintah Kurang Baik

Dari segi pemerintahan, biasanya negara-negara miskin memiliki birokrasi dan pelayanan kurang optimal. Pelayanan tersebut dapat berupa penyediaan fasilitas kesehatan, pendidikan, perizinan usaha, dan lain-lain.

Baca Juga : Negara Miskin Terancam Kekurangan Vaksin

9. Kurangnya Tenaga Kerja Ahli

Tingginya tingkat pengangguran tidak hanya disebabkan kurangnya lapangan kerja, tetapi juga kurangnya tenaga ahli. Bisa saja jumlah calon tenaga kerja sangat banyak, tetapi ketika orang dengan keahlian yang dibutuhkan industri sangat sedikit, jumlah pengangguran pun akan tetap banyak.

10. Tidak Meratanya Distribusi Listrik

Listrik menjadi energi penting untuk beragam aktivitas, baik itu pendidikan, rumah tangga, atau industri. Jika distribusi tidak merata, maka daerah dengan minim akses listrik akan sulit maju karena minimnya aktivitas yang dapat dilakukan di daerah tersebut.

Sebagai contoh, sebuah minimarket yang dapat melayani masyarakat sekaligus membuka lapangan kerja tidak akan bisa berdiri di sebuah desa yang tidak dialiri listrik karena aktivitas di minimarket tersebut tergantung pada listrik.

Daftar Negara Termiskin di Asia

1. Afganistan

2. Tajikistan

3. Nepal

4. Myanmar

5. Kirgistan

6. Kamboja

7. Yaman

8. Timor Leste

9. Laos

10. Suriah

Nah itu dia 10 negara termiskin di asia dan apa saja penyebabnya, semoga artikel ini membantu…

Negara Miskin Terancam Kekurangan Vaksin

Negara Miskin Terancam Kekurangan Vaksin

Negara Miskin Terancam Kekurangan Vaksin – Berikutnya kami akan memberi artikel terpercaya yang sudah kami ringkas dan buat seringan mungkin, agar bisa dibaca oleh segala kalangan,berikut negara miskin yang terancam kekurangan vaksin Covid-19.

Bukan rahasia lagi di saat kandidat-kandidat vaksin virus corona (COVID-19) semakin banyak bermunculan, semakin banyak juga negara yang menandatangani kesepakatan pembelian dengan perusahaan-perusahaan produsen vaksin.

Menurut People’s Vaccine Alliance dalam laporan barunya yang rilis pada 9 Desember 2020, lebih dari 50 persen dari semua kandidat vaksin yang paling menjanjikan sejauh ini telah dibeli negara-negara kaya.

Aliansi ini terdiri dari berbagai organisasi, termasuk Amnesty International, Frontline AIDS, Global Justice Now dan Oxfam. Laporan mereka menggunakan data yang dikumpulkan oleh perusahaan analisis dan informasi sains Airfinity, yang menganalisis kesepakatan yang dilakukan antara negara dan delapan kandidat vaksin COVID-19 terkemuka saat ini.

1. Ada 67 negara berpenghasilan rendah terancam tidak dapat cukup vaksin

Menurut data yang sudah diperbarui, sebanyak 67 negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah tidak mendapatkan pasokan vaksin yang cukup. “Lima dari 67 negara itu, yaitu Kenya, Myanmar, Nigeria, Pakistan dan Ukraina, telah melaporkan hampir 1,5 juta kasus di antara mereka,” kata laporan itu.

Menanggapi laporan ini, Anna Marriott, Manajer Kebijakan Kesehatan Oxfam, mengatakan bahwa vaksin seharusnya diberikan secara adil kepada setiap orang.

“Tidak seorang pun boleh dihalangi dari mendapatkan vaksin penyelamat hidup hanya karena negara tempat mereka tinggal atau jumlah uang yang ada di kantong mereka. Tetapi kecuali ada sesuatu yang berubah secara dramatis, miliaran orang di seluruh dunia tidak akan menerima vaksin yang aman dan efektif untuk COVID-19 untuk tahun-tahun mendatang,” paparnya.

2. Kanada jadi negara yang beli vaksin paling banyak

Laporan itu menyebut hal itu terjadi karena negara-negara kaya yang mewakili hanya 14 persen dari populasi dunia telah membeli 53 persen dari semua kandidat vaksin yang paling menjanjikan sejauh ini.

Kanada menduduki peringkat teratas negara yang paling banyak membeli vaksin. Di mana jumlahnya akan cukup untuk memvaksinasi setiap orang Kanada sebanyak lima kali. Selain Kanada, negara-negara kaya itu termasuk Uni Eropa, Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Swiss, Australia, Hong Kong, Macau, Selandia Baru, Israel, dan Kuwait, menurut Al-Jazeera.

Baca Juga:Negara Miskin Dinilai Lebih Tahan Corona

3. Kandidat vaksin yang menjanjikan

Dalam laporan itu disebutkan ada 8 kandidat vaksin terkemuka yang sudah memasuki Fase 3 yang telah melakukan kesepakatan substansial dengan negara-negara di seluruh dunia.

Salah satunya adalah vaksin Pfizer/BioNTech, yang telah menerima persetujuan di Inggris dan vaksinasinya akan dimulai minggu ini. Vaksin ini juga kemungkinan akan menerima persetujuan dari negara lain termasuk Amerika Serikat (AS) dalam beberapa hari mendatang.

Dua vaksin potensial lainnya, dari Moderna dan Oxford yang bekerja sama dengan AstraZeneca diharapkan untuk diserahkan atau sedang menunggu persetujuan regulasi. Vaksin Rusia, Sputnik, telah mengumumkan hasil uji coba positif dan empat kandidat lainnya sedang dalam uji klinis fase 3, jelas laporan itu.

“Sejauh ini, semua dosis Moderna dan 96 persen Pfizer/BioNTech telah diakuisisi oleh negara-negara kaya. Sebaliknya, Oxford/AstraZeneca telah berjanji untuk memberikan 64 persen dosisnya kepada orang-orang di negara berkembang,” jelas laporan itu.…

Negara Miskin Dinilai Lebih Tahan Corona

Negara Miskin Dinilai Lebih Tahan Corona

Negara Miskin Dinilai Lebih Tahan Corona – Setelah melewati beberapa tahap proses dalam penyaringan,akhirnya kami dapat menyempurnakan artikel yang sudah kami kumpulkan dengan data-data dari sumber yang terpercaya mengenai negara miskin yang dinilai lebih tahan corona.

Para ilmuwan dibuat bingung dengan beberapa negara yang memiliki angka kemiskinan tinggi dan penyakit tersebar luas, namun tidak menderita pandemi virus Corona (Covid-19) besar-besaran.

Hal itu membuat para ahli menyebut, negara-negara miskin mungkin memiliki perlindungan lebih besar terhadap virus Covid-19 karena kondisi kehidupan yang keras di negaranya.

Pada awal pandemi, dikhawatirkan negara-negara yang lebih miskin, terutama di Afrika, dapat dilanda virus tersebut karena jumlah masyarakatnya terlalu padat dan memiliki kebersihan yang buruk serta sistem perawatan kesehatan berkualitas rendah.

Tapi, ada kemungkinan kondisi kehidupan yang menantang tersebut, benar-benar membantu negara-negara miskin untuk mengatasi virus Corona dengan baik.

Pakar kesehatan masyarakat mengatakan, karena harapan hidup sangat rendah di negara-negara tersebut, ada lebih sedikit orang lanjut usia yang sangat rentan terhadap Covid-19.

Populasi yang lebih muda, berarti lebih sedikit orang yang meninggal dunia akibat penyakit atau jatuh sakit hingga harus dirawat di rumah sakit. Itu telah mencegah rumah sakit kewalahan menangani pasien.

Sebagai contoh, Afrika Selatan memiliki lebih dari 600.000 kasus, dua kali lipat lebih banyak dibanding inggris, tetapi hanya 14.000 kematian, di mana Inggris memiliki lebih dari 40.000 kematian.

Sementara usia rata-rata di Inggris adalah 40 tahun yang berarti separuh penduduk berusia lanjut, usia rata-rata di negara Afrika adalah 28 tahun, menunjukkan bahwa rata-rata populasi jauh lebih muda.

Tak hanya itu, orang-orang yang tinggal di wilayah termiskin mungkin sebenarnya telah terpapar lebih banyak virus dan flu karena tinggal di daerah yang padat, di mana penyakit menyebar dengan cepat.

Tetapi ilmu pengetahuan telah berulang kali menyarankan bahwa paparan virus lain serupa dapat memberi seseorang lapisan perlindungan ekstra terhadap Covid-19.

Baca Juga:Negara Miskin Minta Hapuskan Utang Ditengah Krisis

Tercatat, ada lebih dari 21.000 kematian akibat Covid-19 yang dikonfirmasi di Afrika, 10 kali lebih sedikit daripada di Eropa dan 20 kali lebih sedikit daripada di Amerika.

Pengujian di Afrika pun tidak mendekati skala yang terlihat di benua lain, yang berarti mungkin ada tingkat pelaporan kasus yang sangat rendah terkiat infeksi dan kematian. Namun perbedaannya sangat mencolok.

“Sebagian besar negara Afrika tidak memiliki puncak infeksi. Saya tidak mengerti kenapa, ini adalah teka-teki. Ini benar-benar tidak bisa dipercaya,” kata Profesor Salim Karim, salah satu ahli penyakit menular terkemuka di Afrika Selatan, seperti dikutip Dailymail, Selasa (8/9/2020).

Menurut Tim Bromfield, direktur regional Tony Blair Institute for Global Change mengatakan usia dalah faktor risiko tertinggi dan harapan hidup rendah di Afrika “melindunginya”.…

Negara Miskin Minta Hapuskan Utang Ditengah Krisis

Negara Miskin Minta Hapuskan Utang Ditengah Krisis

Negara Miskin Minta Hapuskan Utang Ditengah Krisis – Setelah melewati beberapa tahap proses dalam penyaringan,akhirnya kami dapat menyempurnakan artikel yang sudah kami kumpulkan dengan data-data dari sumber yang terpercaya mengenai negara miskin yang minta hapuskan utang ditengah masa krisis pandemi covid-19.

Kepala World Bank dan International Monetary Fund (IMF) mengungkapkan perlunya memberikan bantuan utang kepada negara-negara miskin yang terkena pandemi virus corona.

Melanair dari laman Aljazeera, Kamis (2/4/2020), IMF dan World Bank telah meluncurkan kebijakan darurat untuk menawarkan hibah dan pinjaman kepada negara-negara anggota, dengan fokus besar pada negara-negara berkembang dan pasar negara berkembang, yang beberapa di antaranya sudah dalam kesulitan utang. Mereka juga telah meminta kreditor bilateral resmi untuk memberikan keringanan utang sesegera mungkin bagu negara-negara termiskin di dunia.

“Negara-negara miskin akan menerima pukulan paling berat, terutama yang sudah terlilit hutang sebelum krisis,” kata presiden World Bank, David Malpass.

“Banyak negara akan membutuhkan pengurangan utang. Ini adalah satu-satunya cara mereka dapat memusatkan sumber daya baru untuk memerangi pandemi dan konsekuensi ekonomi serta sosialnya,” imbuhnya dalam sebuah pernyataan tertulis.

Malpass mengatakan World Bank memiliki operasi darurat yang sedang berjalan di 60 negara, dan para dewan sedang mempertimbangkan 25 proyek pertama senilai hampir USD 2 miliar di bawah fasilitas jalur cepat USD 14 miliar untuk membantu mendanai kebutuhan perawatan kesehatan akibat virus corona.

World Bank juga bekerjasma dengan 35 negara untuk mengalihkan sumber daya yang ada sebagai upaya mengatasi pandemi, dengan hampir USD 1 milyar dari proyek-proyek tersebut telah disetujui. Secara keseluruhan, World Bank berencana untuk menggelontorkan USD 160 milyar selama 15 bulan ke depan.

Baca Juga:Risiko Negara dalam Hadapi COVID-19

Malpass mengatakan IMF dan Bank Dunia akan menyiapkan rencana bersama untuk pengurangan utang dalam pertemuan virtual yang akan diselenggarakan pada musim semi yang berlangsung di bulan April.

“Negara-negara termiskin menghadapi pembayaran layanan utang bilateral resmi USD 14 miliar pada tahun 2020, termasuk pembayaran bunga dan amortisasi,” kataMalpass.

Direktur pelaksana IMF, Kristalina Georgieva, memperingatkan bahwa setengah dari negara-negara berpenghasilan rendah sudah dalam kesulitan utang yang tinggi, dan banyak yang akan bergantung pada kreditur resmi.

Georgieva mengatakan sudah ada diskusi di antara negara anggota G20, dan juga di Paris Club. Namun, dia mencatat akan ada juga peran kreditur swasta, seperti yang terjadi selama krisis keuangan global pada 2008-2009 lalu.

“Semakin cepat kita melakukannya, semakin baik,” kata Georgieva.…

Risiko Negara dalam Hadapi COVID-19

Risiko Negara dalam Hadapi COVID-19

Risiko Negara dalam Hadapi COVID-19 – Berikut ini merupakan artikel yang membahas tentang risiko negara miskin dalam menghadapi covid-19.

Sejumlah kabar terbaru sepanjang akhir pekan dan minggu ini, yang dikumpulkan oleh Foreign Policy, meliputi peringatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akan meningkatnya kasus pandemi COVID-19 di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, Siklon Amphan yang menghantam India dan Bangladesh, dan Menteri Budaya Brasil mengundurkan diri seiring pandemi di negaranya melonjak.
Negara kaya kembali dibuka, pandemi serang negara miskin

Pada Rabu (20/5), Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan organisasinya sangat khawatir dengan meningkatnya kasus di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. WHO saat itu melaporkan lonjakan harian tertinggi dalam kasus COVID-19 secara global sejak pandemi dimulai.

Sementara negara-negara kaya menyusun strategi untuk membuka kembali wilayahnya, negara-negara miskin telah mengalami lonjakan jumlah kasus baru. Dari sepuluh negara teratas dengan lompatan harian tertinggi dalam kasus virus corona baru hingga Rabu (20/5), hanya satu negara berpenghasilan tinggi yaitu Amerika Serikat yang masuk daftar.

Untuk mengetahui mengapa Tedros khawatir, Brasil bisa menjadi ilustrasi. Negara itu kini mencatat jumlah kasus terbanyak ketiga di dunia dan hampir menyalip Rusia. Pada Rabu (20/5), Brasil mencatat lebih dari 20.000 infeksi baru.

Di negara-negara kaya, kaum miskin secara tidak proporsional lebih banyak terinfeksi dan sekarat. Namun, semua itu bukan hanya tentang perbedaan antara negara kaya dan negara miskin. Orang miskin di dalam masyarakat kaya juga sekarat secara tidak proporsional saat pandemi mengungkapkan ketidaksetaraan yang sangat besar.

Laporan oleh APM Research Lab menunjukkan, ras adalah faktor penentu dalam kematian akibat COVID-19 di Amerika Serikat, negara di mana keluarga kulit putih biasanya memiliki kekayaan bersih sepuluh kali lebih tinggi daripada keluarga kulit hitam biasa. Studi APM menunjukkan, orang kulit hitam Amerika sekarat lebih dari dua kali lipat daripada orang kulit putih Amerika.

Baca Juga:Negara Miskin Ini Kini Kaya dan Diperhitungkan

Apakah negara miskin menghadapi risiko lebih tinggi?

Foreign Policy telah melacak kasus COVID-19 di seluruh dunia sejak wabah pertama kali merebak di China, dan menyoroti bagaimana berbagai negara menghadapi tantangan akibat virus corona baru.

Beberapa negara berkembang seperti Vietnam telah melewati krisis jauh lebih baik daripada negara yang lebih kaya. Negara berkembang yang lain seperti Liberia telah memberikan pelajaran berharga dalam mengendalikan wabah berdasarkan pengalaman masa lalu mereka dengan penyakit seperti Ebola. Namun, seiring dengan meningkatnya jumlah infeksi, pemerintah negara-negara yang lebih miskin akan menghadapi tantangan yang lebih mengerikan.

Bagi beberapa negara, mereka telah menghadapi tantangan dari sekadar upaya mengakses air bersih yang mengalir secara teratur, terutama ketika mencuci tangan secara teratur menjadi sangat penting untuk pencegahan infeksi COVID-19. Pekan lalu, Alan Nicol menulis di Foreign Policy tentang masalah air Ethiopia dan apa yang bisa dilakukan untuk memperbaikinya.

Tata pemerintahan yang buruk juga menyebabkan dampak buruk tersendiri. Melaporkan untuk Foreign Policy dari Pakistan, Neha Maqsood menulis, pemerintah yang ragu-ragu telah membuat warga termiskin hanya bisa mengandalkan amal dari sesama rakyat, alih-alih bantuan negara.…

Sanggupkah Negara Termiskin Eropa Hadpai Covid-19?

Sanggupkah Negara Termiskin Eropa Hadpai Covid-19?

Cara Warga Termiskin Eropa Hadpai Covid-19 – Covid-19 merupakan virus menular yang menyebabkan penyakit pada hewan dan manusia. Ukraina akan dilanda banyak masalah karena COVID-19. Para analis memprediksi akan ada resesi, dan bahkan skenario terbaiknya memperkirakan akan ada kontraksi ekonomi 5 hingga 10 persen, inflasi, dan setengah juta pengangguran.

Virus corona COVID-19 akan menghantam Ukraina, negara termiskin di Eropa, dan datangnya pandemi itu dapat mengganggu ekonomi dan pemerintah.

Sebagian besar analis memprediksi akan ada resesi, dan bahkan skenario terbaiknya memperkirakan akan ada kontraksi ekonomi 5 hingga 10 persen, inflasi, dan setengah juta pengangguran.

Pada 4 Maret, Presiden Volodymyr Zelenskyy merombak kabinetnya. Pasar jelas tidak senang dengan ini. Setelah perombakan, hryvnia Ukraina anjlok. Negara ini membutuhkan hampir 10 miliar dolar dari Dana Moneter Internasional (IMF), tetapi tidak jelas apakah parlemen Ukraina akan memenuhi tuntutan IMF.

Ukraina menuju bencana besar, menurut analisis Melinda Haring dan Doug Klain dalam tulisan mereka yang dimuat di The National Interest.Di Ukraina selatan, yang memiliki empat juta penduduk, rumah sakit hanya memiliki 130 ventilator. Empat puluh ventilator saat ini digunakan di ICU, yang berarti hanya tujuh puluh ventilator yang tersedia ketika COVID-19 datang ke daerah itu.

Rumah sakit sama sekali tidak siap,” Andrey Stavnitser, salah satu pemilik perusahaan yang mengopeSsikan pelabuhan swasta terbesar di Ukraina, mengatakan pada The National Interest.

Sejauh ini, ada 480 kasus yang dikonfirmasi dan sebelas kematian, tetapi tes masih jarang dilakukan, sehingga tingkat masalahnya belum diketahui.

Gambaran yang lebih besar sama suramnya, menurut Haring dan Klain. Ukraina memiliki 6 ribu ventilator untuk populasi 44 juta. Sementara itu, Jerman, yang penduduknya berjumlah 82 juta, memiliki 25 ribu ventilator dan baru saja memesan 10 ribu ventilator tambahan.

Sistem perawatan kesehatan Ukraina, bisa dibilang, reyot. Sistem itu juga diliputi dengan suap dan praktik-praktik yang tidak profesional lainnya.

Stavnitser mengatakan, ketika test kit COVID-19 tiba di Odesa, kota terpadat ketiga di negara itu, pemerintah daerah memperebutkannya. Tidak ada koordinasi, dan peraturan berubah dengan cepat, kata Stavnitser.

Para ahli memperkirakan alat dan obat yang dibutuhkan untuk menangani COVID-19 akan tiba dalam tiga minggu, tetapi lemari persediaan di rumah sakit sudah kosong. Mereka telah kekurangan sarung tangan, masker, ventilator, dan oksigen. Ditambah lagi, populasi negara itu sebagian besar orang tua, yang lebih rentan terhadap infeksi virus.

Menteri Kesehatan Ukraina Illya Yemets memperingatkan, “semua pensiunan akan mati”. Ia kemudian dipecat oleh parlemen Ukraina pada 30 Maret. Sebaliknya, Dr. Ulana Suprun, mantan menteri kesehatan dan dokter dengan pengalaman praktik di AS, telah berusaha untuk menenangkan warga.

“Tingkat kematian lansia tidak mungkin 100 persen. Menteri (Illya Yemets) sangat keliru,” kata Suprun kepada Ukrainska Pravda.

Mengesampingkan perselisihan para dokter, Haring dan Klain menilai, pandemi ini akan menghantam ekonomi Ukraina. Pemerintah telah menutup bandara dan transportasi umum, dan menghimbau orang-orang untuk bekerja dari rumah.

Jelas, ada batas nyata yang menunjukkan berapa lama tindakan pencegahan ini bisa bertahan. Survei online baru-baru ini menemukan, hanya 27 persen warga Ukraina yang memiliki tabungan yang cukup untuk bertahan hidup selama lebih dari sebulan jika pemerintah memberlakukan lockdown.

Ini adalah masalah nyata bagi Ukraina. Menurut Gennadiy Chizhikov, presiden Kamar Dagang dan Industri Ukraina, antara 500 ribu hingga 700 ribu Ukraina telah di-PHK karena adanya pandemi. Menurut perkiraannya, jumlah ini bisa meningkat 5 kali lipat selama beberapa minggu ke depan.Stavnitser juga khawatir tentang munculnya penipuan seiring pemerintah dan bisnis berusaha untuk membeli persediaan yang sangat mereka butuhkan. Kharkiv, kota terbesar kedua Ukraina, telah memesan alat tes COVID-19 dari China. Ketika alat tes itu tiba, ternyata alat itu hanya bisa digunakan untuk mengetes flu biasa.

Baca Juga: Kemiskinan Negara Indonesia Dengan Status Negara Maju

Terlepas dari masalah yang sangat nyata ini, gambarannya tidak sepenuhnya suram. Perusahaan-perusahaan telah menunjukkan kemauannya untuk membantu, kata Andy Hunder, presiden Kamar Dagang Amerika di Ukraina.

Mungkin juga ada solusi dari dalam negeri. Negara itu dulu membuat ventilator, tetapi perusahaannya bangkrut. Aivaras Abromavicius, kepala perusahaan pertahanan milik negara Ukroboronprom, mengatakan mereka menemukan spesifikasi yang tidak lengkap untuk ventilator dan memberikannya kepada perusahaan swasta.

Perusahaan lainnya, Navator, sedang memproduksi masker dan berjanji akan menghasilkan 100 ribu masker minggu depan, ungkap Abromavicius.

Selain itu, Ukraina memiliki banyak sumber daya kompeten, serta pengetahuan teknik dan ilmiah yang berlimpah. Jika pemerintah tidak dapat memasok ventilator dan APD, orang-orang Ukraina akan mulai membuatnya sendiri.

Untuk saat ini, seiring Ukraina mulai bersiap untuk skenario terburuk, Suprun, dokter dan mantan menteri kesehatan, mengingatkan warganya untuk melakukan pembatasan sosial, cuci tangan, dan jangan panik.

“Kami masih di tahap awal epidemi di Ukraina,” pungkas Suprun.…